Sabtu, 07 Maret 2015

Tempat Mengenangmu, Re.

Seperti biasanya hari ini aku melangkahkan kaki ditangga yang sama, menuju ke ruangan sama untuk dua kegiatan yang sama. Iya aku menuju Perpustakaan. Sudah hampir tiga perempat tahun ini aku lebih banyak menhabiskan waktuku di perpustakaan.

Selama tiga perempat tahun ini aku melakukan dua hal yang sama. Membaca sebuah buku yang mungkin sudah aku sangat hafal dengan bentuknya, cover depannya, sobekan kecil di beberapa halaman terakhir yang entah itu sobekan disengaja atau dimakan rayap, serta lipatan di salah satu halamannya yang disebabkan olehku. Iya hanya untuk aku ingat bahwa aku harus mengingat dan membaca halaman ini. Hal yang kedua yang kulakukan? Mengenang.

^^^


Mengapa kau tersenyum Re? mengapa kau hanya membalas ungkapan yang sudah aku susun setiap hurufnya dengan susah payah hingga menjadi kata dan membuahkan kalimat hanya dengan sebuah senyuman saja Re? Kepalaku penuh pertanyaan Re sebanyak barisan buku disini, sebanyak halaman buku yang sedang aku genggam ini Re, ketika kau memberikanku senyuman andalanmu. Senyuman yang bahkan mampu membuat aku lumpuh berkali – kali ketika melihatnya. Senyuman yang membuat aku tidak bisa menahan untuk bilang “kau sangat manis” Re.

Tapi Re, kali ini aku bingung, mengapa kau memberikanku senyuman itu. Apa arti senyuman itu ? Hal yang menyenangkan atau yang mengecewakan? Aku tidak tau pasti Re, tolong jelaskan padaku artinya beserta jawaban dari ungkapanku.

Ohh.. mungkin kau kurang memahami maksud dari kalimat “aku menyayangimu Re”. Katakanlah kau kurang memahaminya, maka aku akan menjelaskannya sesederhana mungkin, dan semudah mungkin agar kau memahaminya.

Hampir 180 detik setelah aku mengungkapan itu kita hanya saling diam dan berpandangan, bahkan buku yang sedang kubaca untuk sekedar menumbuhkan kepercayaan diriku menungkapkan perasaan ini Re sudah menjadi lembab karena keringatku.
Kau memandang mataku dan aku memandang matamu bergantian kearah senyuman yang masih menempel dibibirmu. Kita seperti bisa berkomunikasi dalam diam. Seperti kita ini dua orang yang sangat mengerti bahasa hati. Bahasa yang bahkan lebih hebat dari bahasa isyarat. Tapi aku bukan orang yang mahir berkomunikasi dalam diam Re, maka dari itu katakanlah Re. Katakan saja apa maksud senyumanmu itu Re.

Tak berapa lama kemudian, aku lihat kau melakukan kebiasaanmu setiap akan mulai pembicaraan yang serius. Kau membasahi bibirmu dan mulai bicara perlahan dengan tatapan matamu yang akhir – akhir ini lebih sendu. Kau bicara, menjelaskan dengan kalimat yang mungkin hanya aku bisa memahaminya saat ini. Hanya aku yang mengerti karena aku juga menggunakan kalimat – kalimat itu. Kalimat yang sederhana yang mempunyai banyak artian didalamnya.

Namun, kali ini aku gagal menangkap maksudmu yang sebenarnya. Aku gagal mengerti apa maksudmu Re. Apa arti dari perkataanmu. Apa maksudmu dengan kau juga menyayangiku tapi kau ingin aku untuk berhenti menyayangimu? Apa kau sejenis wanita yang suka dengan keadaan bersedih menyayangi seorang pria yang tidak menyayangimu? Ah kurasa tidak Re. Tapi apa Re? Kenapa kau langsung berlalu setelah mengatakan itu ?

^^^

Sudah hampir tiga hari berlalu Re setelah aku mengatakan hal itu. Sudah hampir tiga hari juga aku baru mendapat kabar tentangmu Re. Mengetahui lagi tentangmu Re. Tentang semua hal yang terjadi padamu Re.
Aku sudah membaca surat darimu Re, surat yang kau titipkan kepada orang yang kau percayai bisa menjaga rahasiamu sampai surat ini sampai ke tanganku Re. Orang yang menahan keinginannya untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepadaku.

Re maafkan aku, aku hanya pria bodoh yang tak kan pernah bisa berkomunikasi dalam diam dengan bahasa hati Re. Bahkan sekarang pun aku hanya bisa diam membaca tulisan diatas kertas yang kau buat untuk terakhir kalinya. Aku tak tergerak sedikitpun untuk melihatmu terakhir kalinya. Bukan, bukan itu Re. Tapi aku tak bisa melihatmu dalam keadaan tak berjiwa seperti itu Re. Aku tak bisa dan aku takkan mau.

Aku masih diam saja memandangi suratmu itu. Aku hanya diam dan perlahan beranjak dari tempatku dengan agak terburu - buru. Gontai langkahku menuju tempat terakhir kita duduk berdua, dengan sebuah pernyataan serius yang kumulai yang kau balas dengan senyuman. Iya disini, di perpustakaan ini terakhir kalinya aku melihat senyuman andalanmu. Aku tidak akan menuju tempat istirahat terkahirmu, karena aku tak ingin mengacaukan ingatanku yang berisi senyuman andalanmu itu. Senyuman yang mampu membuat aku lumpuh berkali – kali. Senyuman yang bisa mengingatkanku betapa indahnya hidupku saat ada dirimu Re. Aku tidak ingin mengacaukan ingatan itu.

Aku hanya ingin disini, bersama barisan buku - buku rapi yang tersusun di rak buku. Bersama buku - buku yang tak disusun diatas meja, bersama buku dengan halaman yang kemarin lembab karena terlalu lama aku genggam dengan bingung menunggu arti senyumanmu. Disini, di salahsatu bangku perpustakaan ini . Aku, ingin mengenangmu Renita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalo udah puas bacanya silahkan berkomentar. Satu komentarmu itu sama dengan ribuan bahkan jutaan semangat AndherlyanRW menggelinjang buat nulis dan update blog ini ~

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...